Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 11 April 2014

Kereen ... Pedagang Es di Kampus Ini Berhasil Lulus dengan Predikat Cumlaude

|0 komentar

Pedagang Es di Kampus Ini Berhasil Lulus dengan Predikat Cumlaude
Tribun Jateng/Galih Priatmojo
Witri Suwanto mengayuh becak dari rumahnya di Sragen untuk menghadiri wisuda di UTP

Untuk menutup biaya hidup di Solo dan membayar biaya kuliah, Widri berjualan es Sari kacang Ijo di kampusnya. Meski begitu, ia tak malu dan malah memotivasinya belajar lebih giat. Hasilnya, laki-laki asal Sragen itu lulus dengan predikat cumlaude.

Mengenakan pakaian olahraga berwarna merah putih, Witri Suwanto (26), menyambut kedatangan Tribun Jateng di lorong kampus Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Rabu (30/10/2013).

Setelah berbasa-basi, obrolan berlanjut ke acara wisuda yang digelar pada Senin (28/10/2013). “Alhamdulillah, saya lulus dengan predikat cumlaude,” katanya.

Warga kampung Jagan, Gentan Banaran, Plupuh, Sragen itu lulus dari bangku kuliah setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah di Jurusan Pendidikan Keolahragaan, spesifikasi Tenis, selama tiga tahun sembilan bulan. “Targetnya bisa lulus 3,5 tahun meleset,” ujar pemuda yang memeroleh nilai A pada 18 mata kuliah tersebut.

Widri sebenarnya sudah lulus SMA pada 2006, tapi baru bisa kuliah 2009. Selama tiga tahun ia harus bekerja untuk menyiapkan biaya masuk kuliah. Saat sudah resmi menjadi mahasiswa UTP, ia membiayai seluruh kebutuhan pendidikannya dari cucuran keringat berjualan es sari kacang hijau.

Widri menceritakan, ia mulai merintis usaha berjualan es Sari kacang hijau sejak lulus SMA. Saat itu ia melihat peluang berdagang di depan kampus UTP. Setelah beberapa lama berjualan es, ia mendapat tawaran bekerja sebagai marbot (penjaga masjid) di Masjid Kantor Pajak Yogyakarta.

Setelah tiga tahun mengabdi bekerja di Yogyakarta dan bisa menabung. Widri pun memutuskan hijrah ke Solo untuk mewujudkan mimpinya berkuliah dan mendaftar di UTP Surakarta. "Gaji Rp 900 ribu dari Kantor Perpajakan dan saat jual es, saya pakai biaya awal kuliah selama satu semester," ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.

Setelah masuk kuliah, Widri praktis tak lagi mempunyai pendapatan untuk membiayai kuliahnya. Uang di tangan yang tersisa Rp 800 ribu, kemudian digunakan untuk modal berjualan es sari kacang hijau di depan kampus tempatnya belajar.

"Setelah satu semester, saya nggak ada biaya lagi. Orangtua juga cuma tani dan nggak sanggup membiayai. Akhirnya saya jualan sari kacang ijo dan jual pakaian untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri," akunya.

Jika mahasiswa lain berangkat ke kampus sekitar pukul 07.00, Widri pun sudah tiba di depan kampus sekitar pukul 06.00. Bukan untuk membaca buku kuliah atau mengerjakan tugas, tapi untuk membuka lapak es sari kacang hijau di sekitar pintu gerbang kampus.

Saat ada jam kuliah, Widri menutup sementara lapaknya dan menitipkannya pada satpam kampus, dan berjualan lagi setelah keluar kelas. Selain teman di kampusnya, pelanggan setianya adalah para dosen di UTP. Bahkan banyak di dosen pelanggannya yang memberikan uang lebih saat membeli es sari kacang hijaunya.

Selama berjualan es di kampus, Widri kadangkala harus menanggung rugi karena cuaca tidak bersahabat. Bila menghadapi situasi seperti itu, laki-laki itu pun memilih membagikan es kacang hijau pada teman-teman kuliahnya secara gratis.

Biasanya, lanjut Widri, sehari setelah membagi-bagikan es kacang hijaunya, dagangannya malah makin lancar dan laris. “Kalau rata-rata sehari bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 100 ribu. Cukup untuk biaya kuliah dan biaya hidup di Solo,” katanya.

Meski harus berjualan es di depan kampusnya dan para konsumennya adalah teman kuliahnya, Widri mengaku tidak pernah merasa rendah diri. Bahkan ia makin termotivasi untuk belajar lebih baik. Hasilnya, ia berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam tiga tahun sembilan bulan dengan predikat cumlaude.

Sebagai bentuk suka citanya menyelesaikan kuliah, setelah resmi diwisuda Senin (28/10/2013) lalu, Widri memenuhi nazarnya menggenjot becak dari Solo menuju Sragen dalam waktu empat jam.

Kini, putra ketiga dari pasangan Paino Notowiyono dan Mulyati tersebut ingin merantau ke Australia untuk belajar beternak sapi. Untuk mendukung cita-citanya, Widri kini harus bolak balik Solo-Kediri untuk kursus bahasa Inggris.

"Aku punya jiwa wirausaha yang tinggi dan menurutku beternak sapi itu prospeknya bagus," tandas peraih IPK 3,55.

Sumber: http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/01/pedagang-es-di-kampus-ini-berhasil-lulus-dengan-predikat-cumlaude

Seru, Persaingan Apartemen di Bekasi !

|0 komentar
Ilustrasi.

Kawasan Bekasi dan sekitarnya bukan lagi sentra tanaman produksi padi, melainkan lumbung properti hunian dalam gedung-gedung tinggi. Betapa tidak, hingga akhir 2013 saja, sedang dikembangkan 18.128 unit dari 16 proyek apartemen. Tahun ini akan bertambah lagi, menyusul realisasi rencana pembangunan apartemen di Summarecon Bekasi. 

Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Johannes Mardjuki, memastikan realisasi pembangunan apartemen bertajuk Springlake kepada Kompas.com, Kamis (10/4/2014). 

Menurutnya, apartemen Springlake menempati area seluas 3 hektar di dalam pengembangan Summarecon Bekasi. Tahap I akan dibangun sebanyak dua menara. Harga perdana yang ditawarkan terendah mulai Rp 300 juta per unit.

"Kami akan merilisnya secara resmi pada tanggal 26 April mendatang. Pembangunan tahun ini juga," ujar Johannes. 

Para pengembang menilai pasar apartemen Bekasi sangat menjanjikan dengan ceruk pasar luas. Kebutuhan hunian vertikal ini belakangan terus meningkat. Kebutuhan berasal dari para penglaju yang tinggal di Jakarta, Bogor, atau Tangerang yang bekerja di beberapa kawasan industri yang ada di Bekasi, dan juga sebaliknya para penglaju yang bekerja di Jakarta dan bertempat tinggal di pinggiran Bekasi. 

Menurut Direktur Utama PT Metropolitan Land Tbk., Nanda Widya, selain para penglaju, kehadiran ekspatriat dengan level manajer menengah juga memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan apartemen. "Saya tidak tahu angka pastinya, namun, di kawasan industri Bekasi terdapat lebih dari 1.500 perusahaan yang mempekerjakan karyawan asing," sebut Nanda, Jumat (28/3/2014).

Oleh karena itulah, Metropolitan Land juga menawarkan properti serupa yakni M Gold Tower sebanyak 144 unit dengan harga perdana mulai Rp 600 juta per unit. Hingga berita ini diturunkan, M Gold Tower sudah terjual seluruhnya. Sejumlah 48 unit di antaranya, diborong PT Marimo Property, investor asal Jepang.

Menariknya bisnis apartemen Bekasi, diakui Presiden Direktur PT Marimo Property, Yasuhiko Kawai. "Pasar Bekasi luar biasa besar. Untuk itu, kami tertarik membangun apartemen di sini. Sebagai langkah awal, kami membeli produk dari M Gold Tower untuk disewakan kembali kepada ekspatriat Jepang. Selanjutnya, kami akan bekerja sama dengan PT Metropolitan Land Tbk membangun apartemen serupa. Saat ini lahannya masih dicari," ungkap Yasuhiko, Jumat (28/3/2014).

Adapun ke-16 proyek apartemen yang sedang dibangun di Bekasi yakni Green Palace Residence, Grand Dhika City, Indigo Apartment, TTL Residence, BTC Residence, Adede Park, One Sentosa Residence, Grand Icon Caman, Mutiara Apartment, Centerpoint, Oasis Apartment, Trivium Terrace, Enviro, M Gold, Blue Oasis, dan Bekasi Tower 88.

Apartemen-apartemen tersebut ditawarkan dengan harga serentang Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar per unit.

Sumber: kompas.com

Kamis, 10 April 2014

Terapi untuk Caleg Stres karena Kalah Pemilu

|0 komentar
Salah satu pemandangan di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Sejumlah caleg maupun parpon berlomba-lomba memasang alat peraga kampanye

Pemilihan umum untuk anggota legislatif akan menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan kursi sebagai wakil rakyat. Di sisi lain, pemilu juga akan menyisakan caleg yang gagal. Kegagalan tersebut dapat menjadi pemicu stres, bahkan dapat berujung pada gangguan jiwa.


Setiap orang memang berpotensi mengalami gangguan jiwa jika dihadapkan pada tingkat stres yang tinggi sementara daya tahannya rendah. Pengusaha, karyawan biasa, hingga caleg. Bahkan jika ada bakat genetik, diputuskan pacar pun bisa gangguan jiwa.

Kerentanan seseorang mengalami stres bahkan gangguan jiwa memang dipengaruhi banyak hal. Kepribadian, gen, dan pengalaman masa lalu juga akan memengaruhi bagaimana cara kita mengatasi situasi yang menimbulkan stres itu. Penggunaan narkoba dan juga kecelakaan yang menyebabkan gegar otak bisa berkontribusi pada kerentanan seseorang pada stres.

Dokter spesialis kejiwaan dari RS Omni Alam Sutera, Andri, mengatakan, siapa pun yang mengalami gangguan jiwa tentu membutuhkan pertolongan medis. Ia pun menjelaskan pilihan terapi yang dapat dijalani.

"Secara umum, ada dua pilihan terapinya, yaitu dengan obat dan psikoterapi," kata Andri saat dihubungi Kompas Health, Selasa (8/4/2014).

Terapi obat, jelas dia, dapat mengembalikan fungsi normal otak. Gangguan jiwa merupakan hasil dari ketidakseimbangan sistem dari otak, sehingga pemberian obat dapat mengembalikan keseimbangannya.

Namun, terapi obat antidepresan tidak dapat diberikan tanpa resep dokter sehingga sebelum memulai terapi pasien perlu melakukan konsultasi dengan dokter.

Terapi kedua adalah psikoterapi, yaitu melakukan perbaikan pada aspek kognitif dari pasien. Andri menjelaskan, terapi psikoterapi menekankan pada perubahan cara berpikir dan beradaptasi.

"Misalnya kalau sebelumnya kegagalan dinilai sebagai sesuatu yang sangat buruk, melalui psikoterapi cara berpikir ini diubah. Maka kegagalan tidak lagi dipikir buruk, tetapi sebagai hal yang lumrah terjadi di kehidupan," jelas Andri.

Kedua terapi tersebut, imbuhnya, dapat dijalani salah satu saja, ataupun kombinasi, tergantung dari tingkat keparahan dan gejala yang dialami oleh pasien. Menurut Andri, untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka terapi kombinasi adalah pilihan yang terbaik.

Terlepas dari terapi yang mungkin bisa dilakukan, Andri menekankan pada pentingnya mengelola stres agar tidak berujung pada gangguan jiwa.

"Mengelola stres itu merupakan proses pembelajaran, maka tidak semua orang mampu melakukannya. Namun kiat yang dapat dilakukan untuk mengelola stres dengan baik adalah dengan berpikir positif dan bersikap toleran, menerima kegagalan," pungkasnya.

Sumber: kompas.com

Senin, 07 April 2014

Perlukah Probiotik untuk Organ Intim?

|0 komentar


Shutterstock
/Ilustrasi

Menjaga kebersihan organ intim bisa dilakukan dengan berbagai cara. Yang sedang tren belakangan ini adalah suplemen probiotik khusus untuk menjaga jumlah bakteri baik di vagina.

Jenis probiotik khusus ini ada yang dipasarkan dalam bentuk pil, ada juga yang berbentuk cairan untuk membilas vagina. Meski begitu, fungsinya tetap sama, mencegah infeksi vagina karena kestabilan flora vagina terjaga.

Memiliki bakteri baik di vagina berarti mengurangi bau tidak sedap, iritasi, atau pun keputihan. Menurunnya jumlah bakteri patogen pada organ intim juga bisa mencegah infeksi vagina yang menyebabkan keputihan berbau.

Penelitian menunjukkan, wanita yang sehat umumnya memiliki bakteri lactobacili dalam jumlah banyak di vaginanya. Tetapi, belum jelas apakah pil probiotik yang diminum bisa sampai pada bagian tersebut.

Menurut Mary Jane Minkin, PhD, profesor obstetri dan ginekologi dari Yale University School of Medicine, sebenarnya membasuh vagina dengan probiotik atau minum suplemennya bukan hal yang penting.

"Kecuali Anda sedang minum antibiotik, yang bisa mengganggu keseimbangan bakteri di vagina, konsumsi suplemen probiotik tidak terlalu perlu," katanya.

Cara lain untuk menjaga keseimbangan bakteri di vagina adalah dengan mengonsumsi makanan sehat sumber probiotik, seperti yogurt. Selain itu, hindari memakai sabun pembersih vagina karena justru bisa menghilangkan bakteri baik. Yang tak kalah penting adalah mulai berhenti merokok karena bisa berdampak juga pada keseimbangan bakteri baik.